Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2014

Rindu yang tak Ku Inginkan

Aku ingat, begitu banyak canda tawa yang telah kita lewati bersama. Ada banyak juga air mata yang menetes di pipimu karena aku. Di akhir cerita, aku membuat sebuah luka. Mungkin aku tak pernah menangis seperti kamu. Bukan, bukan karena kamu selalu sepaham sama aku, tapi memang aku lebih kuat menahan jatuhnya air mata daripada kamu. Meskipun batin serasa dihantam terus menerus saat itu. Sekarang, setelah setahun berlalu, aku kembali mengingat-ingat. Pikiranku sudah sangat-sangat waras saat ini, dibanding 1 tahun yang lalu. Aku berpikir tentang kita dulu, saat aku banyak menguras air mata kamu. Saat itu kita saling lupa, kita lupa untuk saling menjaga ego satu sama lain. Kita saling adu argumen kebenaran. Kebenaran untuk diri masing-masing. Mulutku tidak mau mengalah mengucapkan kebenaran yang belum tentu benar untuk kita. Sekali lagi, aku  tidak mau mengalah. Mungkin karena aku merasa sudah sering mengalah untuk sekedar membuat simpul senyum di wajahmu. Ego saling bera...

Terima Kasih Pak SBY

Selamat malam bapak. Mungkin ini hanya sebentuk tulisan yang tidak akan pernah Bapak baca. Saya ingin menulis ini sebagai bentuk kekaguman saya kepada bapak. Hari ini, presiden terbaru sudah dilantik, dan bapak turun dari jabatan bapak sebagai presiden. Terima kasih bapak, karena sudah bersabar memimpin rakyatmu yang kadang tak tau diri ini. Terima kasih telah mendedikasikan hidupmu selama 10 tahun. Maafkan mereka yang banyak mencaci maki, mereka hanya tidak tau dan tidak mengerti betapa berat bebanmu selama 10 tahun ini memimpin Indonesia. Saya kadang hanya tak habis pikir. Begitu banyak orang-orang yang mencaci makimu di sosial media. Sampai-sampai saya berpikir bahwa mereka terlalu jahat, atau mereka terlalu dibutakan oleh kebencian sehingga tidak dapat melihat pengorbananmu untuk Indonesia. Apa mereka lupa, bahwa mereka-lah yang dulu memilih bapak untuk menjadi pemimpinnya. Maafkan mereka-mereka yang tidak tau berterimakasih itu pak, mereka hanya lupa bahwa bapak-lah yang ...

Kepastian.

Sebenarnya ada banyak hal yang ingin aku tanyakan padamu. Tapi ku tahan agar kita tetap baik-baik saja. karena bisa sedekat ini denganmu adalah salah satu kebahagiaan yang tidak ingin aku lepaskan. Kita adalah dua orang yang sudah banyak bicara tentang cinta. Tapi kita tak pernah sampai pada ujungnya. Iya, jadi selama ini kuanggap kita saling mencintai, kita berjalan ke arah yang sama, tapi kau tak pernah membawaku pada ujung muaranya. Kau hanya menggandengku perlahan. Lalu memberhentikan langkah kita di tengah perjalanan. Kita tidak mundur tapi juga tidak maju. Sejujurnya, aku ingin berlari bersamamu. Bukan hanya berlari menuju kamu.  Berbicara tentang cinta saja tidak cukup untuk memastikan kemana cinta berlabuh. Tidak cukup pula bagiku untuk memastikan hatimu milik siapa. Karena setiap hati butuh kepastian atas perasaannya. Agar ia tahu tempat yang tepat untuk meleburkan hatinya. Kadang aku bertanya-tanya, kenapa kepastian hubungan kita tak pernah keluar darimu. Sed...