Sampai Nanti Kita Berjumpa Lagi #Part1

 Kringggggggg

Suara telepon membangunkan dari lelap tidurku malam ini.

"Dia rupanya, tumben sekali" pikirku dalam hati. Ku angkat video call darinya. 

Wajahku yang terbangun dari tidur sangat terlihat jelas. 

"Apaaaaaaa?" jawabku ketus kepadanya. Dia tersenyum, hanya tersenyum, lama sekali, sampai akhirnya ia membuka mulutnya. 

"Nanti kalau bertemu dengan ibu, tolong sampaikan bahwa aku baik-baik saja" dia masih saja tersenyum. 

"Ibu tidak perlu khawatir, juga bersedih. sampaikan pada Ibu, bila Ibu bersedih, maka aku juga" 

Aku terheran-heran dengan kalimatnya, mengapa tak sampaikan sendiri saja pada ibunya. 

"Giliran kayak gini aja kamu minta tolongnya ke aku." Jawabku, dengan menahan kesesakan membuncah dalam dadaku. 

Dia lagi-lagi tersenyum. Senyum yang seolah-olah menyampaikan bahwa dia baik-baik saja. Senyum yang cukup untuk menjelaskan bahwa dia kini bahagia, ditempatnya saat ini. 

Air mataku menetes, deras, lalu mulai terisak, menatap nanar senyumnya. Deras itu kian mendera seiring senyumnya yang mereda. Dia menutup teleponnya. Aku menangis, sejadi-jadinya. Sampai akhirnya, kesesakan itu membuatku terbangun dari mimpi.

Aku tersentak, bagaimana sebuah mimpi bisa semenyesakan itu, sampai terbawa hingga aku terbangun. Aku menangis sesenggukan, tidak berhenti hingga ibuku datang dan memelukku. Aku ingin bertemu dengannya, sungguh. Tapi bukan melalui mimpi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Singkat Kata, dari yang Merindukanmu

Sebuah Jawaban

Suatu Hari di 2020