Mimpi Semalam


Aku memutar sebuah lagu dari Fiersa Besari yang berjudul Garis Waktu dalam perjalananku pulang dengan menumpangi kereta. Petikan gitar mulai mengalun seiring dengan pikiranku yang mulai menerawang jauh pada banyak hal. Aku suka cara Fiersa Besari menulis lirik dalam setiap lagunya. Aku suka caranya dalam menulis setiap bait dalam bukunya. Setiap kata hingga kalimat yang tersusun selalu membuatku terenyuh dan menyeruak kembali dalam kenangan. Seolah dia sedang menuliskan itu untukku.

Aku sedang menatap keluar jendela saat lagu mulai sampai pada bait yang membuatku tersentak.
"Sekarang kita hanya dua orang asing dengan sejuta kenangan".

Aku teringat seseorang yang dulu sering ku sebut "gila".
Si gila yang dulu sering menggangguku, si gila yang dulu sering menggodaku, si gila yang kini ku rindukan, dan si gila yang sudah terlalu asing bagiku.

Si gila itu menggangu pikiranku sejak semalam. Sejak mimpi tentangnya membuatku resah seharian. Dan bisa ku pastikan, keresahan ini tidak akan berakhir selama satu minggu ke depan.

Aku menghela nafas berat. Tak mengapa bila dia hanya menggangu otakku, yang jadi masalah adalah dia juga mengusik hatiku, dan aku selalu benci dengan keadaan semacam itu.

Aku tak ingin hatiku terusik, terutama karena si gila ini. Sungguh, tak ada yang perlu ku ingat-ingat tentang dia. Tapi, yang selalu coba ku sangkal adalah mengapa dia selalu mampir dalam mimpi tat kala aku sama sekali tak mengingatnya. Membuatku gundah, membuat mulutku bersumpah serapah.

Setiap elakan-elakan yang ku buat malah membuat ingatan tentangnya hadir lebih sering dari biasanya. Aku sudah merasa cukup hanya dengan membiarkan segala hal tentang dia menjadi kenangan yang baik untuk diingat. Tak perlu lagi hatiku goyah, dia orang asing. Bukan lagi si gila yang dulu membuatku gemetar, membuat hatiku gentar.

Ku panjatkan berulang kali doa yang sama. Perihal si gila yang tak perlu lagi berlarian dalam mimpi. Aku sudah berulang kali berhasil sampai pada titik lupa, sebelum akhirnya semua itu rubuh hanya dengan sedetik kehadirannya.

Lalu, aku mulai bertanya-tanya apa maksud Tuhan dengan semua ini? Tapi segala pertanyaanku selalu berakhir tanpa jawaban. Tak bisakah biarkan aku lupa?

Jadi, bisakah mimpi semalam jadi yang terakhir? Akan ku biarkan resah yang menggelayuti satu minggu ke depan. Lalu setelahnya, biarkan aku lupa.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Singkat Kata, dari yang Merindukanmu

Sebuah Jawaban

Suatu Hari di 2020