Bagaimana Jika
Bagaimana jika pada akhirnya, aku mencintai seseorang yang bukan kau?
Bagaimana jika sesuatu yang selama ini kita perjuangkan berakhir tanpa bahagia?
Bagaimana jika jadinya seperti ini, bukan seperti itu?
Mungkin, aku terlalu banyak berpikir.
Sudah terlalu banyak ragu yang menggerogoti relung hati.
Ini bukan yang selalu aku harapkan.
Saat usia remaja, aku selalu ingin segera menjadi dewasa, agar aku bisa memutuskan jalan hidupku sendiri. Namun, ternyata menjadi dewasa tidak seperti yang selalu aku bayangkan. Menjadi dewasa itu memusingkan. Banyak keputusan yang harus ku buat, dan aku tak pandai dalam hal itu. Pikiranku selalu kalut, penuh dengan ketakutan. Aku butuh orang lain, aku butuh ayah ibuku. Tapi mereka bilang, ini hidupku, pilihlah.
Dulu, aku memilihmu atas sebuah rasa. Namun, sepertinya rasa tak lagi yang utama. Kini aku mempertimbangkan dengan logika. Memutuskan dengan membayangkan masa depan. Bila pemikiranku salah, bisa coba kau luruskan? Atau coba sedikit saja kau yakinkan.
Aku mulai bertanya-tanya, adakah ini semua salahku? Ataukah ini semua salahmu? Namun mencari siapa yang salah bukan solusi. Kita butuh jalan keluar. Ah, lebih tepatnya aku. Aku yang butuh jalan keluar agar tak terjebak pada keadaan. Aku butuh seseorang untuk mengeluarkan aku dari sini. Kau, bisakah? Atau bila itu bukan kau, bolehkah seseorang di ujung sana berlari kesini untuk menyelamatkanku agar bisa sedikit bernapas? Agar rasanya tak menyesakan, agar dadaku bisa sedikit lebih lega. Tapi, pilihan kedua punya resiko. Kau mungkin akan kehilangan aku, atau aku yang akan kehilangan kau.
Berbicara perihal kehilangan, sesungguhnya aku tidak pernah siap dengan hal itu. Tak ada manusia yang siap dengan segala bentuk kehilangan. Bagaimana jika penyesalan hadir setelahnya dan aku tak bisa menghadapi itu? Namun, aku juga takut jika harus membayangkan masa depan.
Hey, kesinilah. Tak bisakah kau saja yang selamatkan aku? Akankah kau biar degub itu terganti dengan yang baru? Tak bisakah kau yakinkan aku bila aku hanya punya satu tujuan yaitu kau? Tak bisakah kau jelaskan padaku bahwa kaulah satu-satunya hingga aku tak perlu lagi mencari tujuan yang lain? Aku hanya butuh, sekali saja, untuk kau yakinkan.
Komentar
Posting Komentar