Merindumu Dalam Diam



Akhir-akhir ini aku hampir tidak pernah menulis. Sesekali, hanya pada akun stellarku, itupun setelah aku mendengar cerita temanku atau ketika ada kejadian menarik di sekitarku. Aku seperti kehabisan ide dan tidak tahu kata-kata apa yang perlu ku susun. Mungkin, karena aku tak punya cerita yang perlu ku tuliskan. Dulu, ceritaku selalu tentang kamu. Namun, kini kamu sudah menjadi cerita milik orang lain. 

Aku ingin berbicara perihal rindu, boleh? 

Sudah lama rasanya tak melihatmu, bahkan memimpikanmu-pun tak pernah. Tetapi semalam kamu ada, dalam mimpiku. Seolah nyata, kamu membagi tawamu bersamaku. Aku tak ingat apa yang kita bicarakan dalam mimpi itu, namun bisa melihat tawamu lagi, aku bahagia. Hanya dengan bercerita begini, mataku mulai berkaca-kaca. Mungkin, karena apa yang kurasakan kini lebih dari sekedar rindu. Tak tahu harus ku artikan apa, yang jelas jika kamu ingin tahu, akhir-akhir ini bayangan tentangmu hadir lebih sering dalam lamunanku. 

Aku rindu kamu yang selalu berkata “bagusan yang itu” atau “bagusan begini”, aku juga rindu kamu yang selalu bilang “sini biar aku aja” atau “sini biar aku bantuin”. Aku rindu wajah kantukmu ketika pagi-pagi tiba di sekolah, juga rindu obrolanmu yang kadang tak jelas. Aku rindu kamu yang selalu tiba-tiba ada, kamu yang tiba-tiba duduk di sebelah aku.  Aku rindu masa-masa masih ada kamu dalam hari-hariku.

Tak banyak kenangan yang ku punya tentang kita. Karena kamu pergi sebelum cerita kita dimulai. Mungkin dulu aku hanya sebuah pilihan, hingga akhirnya kamu memilih pergi, bersama yang lain. Atau, mungkin aku dulu terlalu hati-hati, hingga terlambat menyadari perasaanku sendiri. Kamu tahu betul, saat itu hatiku sedang sepatah-patahnya hati. Sulit bagiku untuk menaruh kepercayaan lagi. Setelah langkahmu menjauh pergi, setelah kamu tak dapat lagi ku sentuh, aku baru mengerti, ternyata kamu adalah apa yang aku butuhkan. 

Kamu sudah terlalu jauh, dan tak mungkin untuk memintamu berbalik. Aku sedang berusaha melawan perasaan yang sudah selama delapan musim ini masih bertahan. Rasanya aneh menyimpan perasaan ini untukmu, karena sungguh, aku tak pernah membayangkan bahwa aku akan melabuhkan hatiku padamu seperti ini. Tidak pernah terlintas sebelumnya bahwa aku akan jatuh cinta diam-diam seperti ini. 

Aku menulis ini ditengah kesibukanku menyelesaikan tugas akhir. Tidak terasa, sebentar lagi aku lulus dari perguruan tinggi. Dan ini mengingatkanku pada pertemuan terakhir kita saat kelulusan sekolah. Itu berarti sudah hampir empat tahun kita tidak bertemu, tak bertukar kabar, dan selama itu pula, aku menyimpan rindu dan perasaan ini diam-diam, dan sendirian. 

Aku penasaran, jalan hidup seperti apa yang akan kujalani setelah lulus nanti. Kadang pikiranku melayang pada harapan-harapan yang ku buat sendiri, mungkinkah kamu kembali ada pada cerita kehidupanku selanjutnya? Ataukah aku akan tetap menjalani hari yang tidak ada kamu didalamnya. Apapun kenyataan yang ada dihadapanku nanti, apapun jalan yang ada di hadapan kita, semoga itu memang jalan terbaik yang diberikan Tuhan untuk kita.

Salam rindu, dari aku yang belum berhenti merindumu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Singkat Kata, dari yang Merindukanmu

Sebuah Jawaban

Suatu Hari di 2020