Ketika Aku Sedang Rindu-Rindunya
Aku menulis ini saat sedang rindu-rindunya. Saat rasanya
perasaan dalam dada semakin membuncah tanpa tahu harus bagaimana.
Rindu ini semakin menyayat tak ubahnya rasaku yang
semakin di ujung sayat. Setelah sekian lama, aku mengerti lagi apa itu patah
hati. Merasakan lagi bagaimana rasanya, sekarang aku tahu, bahwa aku tak mati
rasa. Ada kamu, di sini. Di sisi yang tak pernah kamu lihat adanya.
Ini sudah berkali-kali. Aku sudah pernah mengatasi
ini dengan segala kemampuanku. Tapi, entah kenapa rasanya kali ini aku
kebingungan lagi. Aku paham betul ini bukan hal baru bagiku, tapi aku kesulitan,
lagi dan lagi.
Aku ingin berhenti dari segala rasa ini, tapi
ternyata hatiku tak menginginkan demikian. Ia masih menginginkan kamu di
sudutnya. Bertahta dan menjelma menjadi nyata meski hanya dalam anganku saja.
Tolong, berhentilah bermain-main dengan hatiku, karena aku lelah. Lelah untuk semua harap yang ada, lelah untuk semua rindu yang tak pernah teraba.
Tapi, pada siapa sebenarnya aku bicara. Untuk semua rasa yang terlanjur tumbuh, dan rindu yang semakin mekar di tempat yang tidak seharusnya. Sementara kamu di sana tak pernah menyadarinya.
Aku pernah berdoa untuk kita, agar Tuhan setidaknya membawamu ke arah yang lebih dekat denganku. Tapi, sepertinya itu bukan hal yang mudah untuk di kabulkan. Atau bisa saja doaku yang terlalu mahal, atau mungkin belum waktunya, karena kamu tak kunjung ada, meski hanya sekedar pelepas rindu.
Ah, atau mungkin Tuhan punya skenario yang lain. Seperti misalnya kamu bukan untukku, dan aku bukan untukmu.
Komentar
Posting Komentar