Selamat Ulang Tahun, Kamu

Hai, selamat malam kamu. Atau mungkin selamat pagi, selamat siang, dan bisa juga selamat sore. Kapanpun kamu membaca ini, dimanapun, semoga kamu baik-baik saja. Ini hanya sekedar harapanku, karena aku tau kamu tidak mungkin membaca ini. Maksud tulisanku kali ini untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepadamu tanpa berjabat tangan.

Selamat ulang tahun, kamu. Hari ini umurmu genap 20 tahun. Bukan lagi umur yang pantas untuk sekedar bermain-main dan bersenang-senang tanpa tujuan hidup. Umur yang membawamu beralih dari masa remaja menuju ke masa dewasa. Semoga kaupun bertambah dewasa, menjadi manusia yang lebih baik, dan mau memperbaiki diri. Aku masih selalu mendoakanmu. Bukan hanya saat kau ulang tahun seperti ini, tapi juga saat aku mengingatmu. Iya, mengingat kenangan kita. Maaf sekali, aku hanya bisa memberimu doa. Dan kurasa, sebuah doa untuk kebaikanmu sudah lebih dari cukup.

Kau masih mengingatku? Iya aku, cintamu di masa putih birumu. Kau masih ingat kenangan kita? Kalau di ingat-ingat lagi, perjuangan cinta kita dulu bak kisah cinta orang dewasa. Lucu, tapi itu justru yang membuatku tersenyum saat mengingatnya. Bagimana bisa, cinta sepasang anak SMP bisa begitu berani dan menganggap cintanya cinta sejati, bukan cinta monyet seperti apa yang banyak mereka bilang dulu.

Kau ingat ketika aku dulu di jauhi sahabat-sahabatku karena lebih memilihmu? aku bahkan masih sangat ingat saat kau selalu bilang “kita ini kuat. Mereka tidak mengerti perasaan kita”. Aku kadang masih tak mengerti kenapa aku dulu berani sekali mengambil keputusan itu, memilih kamu, dan menyakiti dia. Dia, mantan kekasihmu yang juga sahabatku. Jangan khawatir, aku sudah berbaikan dengan dia, dan juga mereka yang membela dia. Sampai saat ini, aku dan mereka masih berhubungan baik, bahkan saat aku pulang ke kota itu, mereka selalu mengunjungiku di rumah. Kami berbicara banyak, seolah-olah dulu tak pernah terjadi apa-apa. Ku katakan satu hal padamu, terkadang, kami juga membicarakanmu. Mereka selalu menanyakan kenapa aku dulu bisa putus denganmu, mereka juga memberi tahuku siapa saat ini wanita yang berbagi hatinya denganmu. Aku jadi tahu banyak kabarmu dari mereka. Tapi aku tak begitu ingin tau siapapun wanita yang bersamamu saat ini, aku hanya ingin cukup mengetahui bahwa kau baik-baik saja.

Saat jauh seperti ini, mereka biasanya mengatakan rindu padaku melalui BBM. Ah, aku juga merindukan mereka, sama halnya seperti aku merindukanmu. Kau merindukanku tidak?

Kalau bukan karena jarak, mungkin aku masih bisa bertemu denganmu. Mungkin kita masih berhubungan baik entah itu sebagai sepasang kekasih ataupun hanya berteman. Jangan GR, ini bukan karena aku masih mengharapkanmu, tapi aku hanya sedikit menyesal karena kita tidak bisa berteman lagi sekarang. Aku sungguh ingin meminta maaf padamu. Pasti sulit bagimu untuk menyembuhkan kekecewaan karena kepergianku. Aku memilih pergi dari kota itu, ini sungguh bukan keinginanku. Kau tau kan? Aku memang harus pindah saat itu karena keadaan. Satu malam sebelum kepergianku aku bahkan tidak berani bertemu denganmu meskipun kau memaksa. Karena aku takut, bisa saja aku menangis didepanmu. Aku selalu merasa bahwa itu hanya berat bagiku saja tanpa memikirkan perasaanmu juga. Tapi, kemudian aku mengerti. Mungkin lukamu lebih sakit. Karena ditinggalkan lebih berat dari pada mereka yang meninggalkan. Orang yang ditinggalkan akan selalu berada dalam lingkup kenangan, tapi mereka yang meninggalkan akan bertemu dengan tempat baru dimana tidak ada kenangan yang berceceran disana. Tapi, aku tau satu hal, kau sudah lebih bahagia sekarang. Aku bersyukur untuk hal itu.

Ah ini hari ulang tahunmu. Harusnya aku hanya menceritakan hal-hal bahagia. Maaf.
Sekali lagi, selamat ulang tahun. Semoga langkahmu diiringi dengan kebaikan, semoga Tuhan selalu melindungimu.

Aku menuliskan ini sambil memutar lagu dari Peterpan – Jauh Mimpiku. Lagumu, laguku, dan lagu kita.

Ku harus lupakanmu... melupakan senyummu...

Semua tentangmu, tentangku, hanya harap jauh...


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Singkat Kata, dari yang Merindukanmu

Sebuah Jawaban

Suatu Hari di 2020