Jangan Salahkan Jarak

Untuk seseorang yang saat ini menyeka waktuku untuk merindukannya,

Hai kamu! Sudah hampir 4 tahun kita berpisah dan tak pernah lagi bertemu. Bagaimana kabarmu saat ini? Baik-baik sajakah? Semoga demikian. Sudah lama aku tak pernah lagi mendengar kabar tentangmu semenjak aku meninggalkan kota itu. Bagaimana kehidupanmu sekarang? Masih menyenangkan seperti dulu atau bagaimana? Lalu, bagaimana dengan ayahmu? Ayahmu yang dulu sering kau sebut menyebalkan, yang dulu sering kau ceritakan padaku. Aku bahkan masih ingat ketika kau menirukan mimik wajah ayahmu yang sedang memarahimu, kau bercerita dengan tertawa lebar meskipun kau bilang kau kesal dengan ayahmu. Mengenai hal bercerita, siapa sekarang yang menjadi tempatmu berkeluh kesah? Ah tak penting juga untuk aku mengetahuinya.

Masih ingatkah denganku? Seseorang yang pernah menuliskan namamu dihatinya. Seseorang yang pernah berbagi kisah hidupnya bersamamu, seseorang yang pernah kau jadikan sahabat sekaligus kekasih bagimu.
Hei, ku dengar kau kuliah sambil kerja, benarkah? Tapi ku dengar lagi, katanya kau sekarang tak melanjutkan kuliah. Ah entahlah, aku bahkan tak tau apa-apa tentangmu sekarang. Aku tak tau kamu kuliah atau kerja dimana, dan aku tak tau tempat tinggalmu sekarang dimana.

Aku ingin bercerita tentang kita (yang dulu). Mungkin aku lupa setiap detailnya seperti apa kisah itu, bahkan aku sempat berpikir bahwa semuanya telah kulupakan. Ternyata salah! Ada beberapa bagian dari kisah kita yang masih ku ingat jelas. Ketika kita masih bersama. kalau ku ingat lagi, hanya bersamamu aku bisa tertawa lepas dan bebas. Diantara semua yang pernah singgah datang dan pergi, hanya kau yang tak pernah menyakiti hati. Kalau dulu kita berpisah hingga berbuah tangis, kupikir itu karena keadaan. Tak pernah ada diantara kita yang saling menyakiti satu sama lain. Kalau bukan karena jarak yang membentang sejauh ini,  mungkin kita masih bersama. seperti yang dulu sering kau katakan, kalau tidak ada jarak, mungkin kita bisa melanjutkan seluruh kebahagiaan yang ada hingga mewujudkan segala mimpi-mimpi bersama, untuk 2 tahun ke depan, tiga tahun, empat tahun, dan sampai tahun-tahun berikutnya dengan cinta yang bertambah berkali-kali lipat setiap harinya. kau yang  berada di sudut barat pulau jawa, dan aku berada di sudut timur pulau jawa. kalau sudah seperti ini, haruskah kita menyalahkan jarak? tapi sepertinya kau sudah bahagia dengan kehidupanmu sekarang. dan aku? aku tentu saja bahagia juga dengan kehidupanku sekarang. bukankah tidak ada gunanya berlarut pada masa lalu? untuk kali ini saja, ijinkan aku untuk mengenang kita. 

Aku masih ingat malam itu. Malam dimana keesokan harinya aku harus pergi. Kau mengajakku keliling kota. Kau bilang kau ingin menghabiskan malam itu bersamaku, membuat kenangan yang kau bilang kenangan itu tak akan pernah terlupakan oleh memori otakku. Kau berhasil! Aku memang masih mengingatnya hingga detik ini. Ketika kau menjemputku dengan motormu, ketika kita berdua disepanjang jalan, kau melajukan motor dengan sangat cepat tanpa mempedulikan aku yang memelukmu di jok belakang dengan wajah ketakutan. Kau sungguh tak peduli aku yang ketakutan, kau justru terus melajukan motormu dengan kecepatan tinggi dengan tertawa-tawa mendengarkan aku yang menjerit-jerit ketakutan. Konyol, tapi membahagiakan.


Ah, sudah lama rasanya aku tidak tertawa selepas itu. Aku rindu rasanya bahagia bersamamu. Doakan semoga tahun ini, aku bisa mengunjungimu di sana. Mungkin, kita bisa bertemu dan berbagi tawa sepeti dulu. Dan jika kita bertemu lagi, anggap saja, kita teman lama yang sudah lama tak bertemu J

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Singkat Kata, dari yang Merindukanmu

Sebuah Jawaban

Suatu Hari di 2020