Lagi-lagi Jatuh Cinta
Aku lupa kapan terakhir kali
jatuh cinta, aku juga sudah lupa kapan terakhir kali sakit hati. Aku sudah lupa
bagaimana gelinya kupu-kupu yang menari dalam perut, aku sudah lupa bagaimana
rasanya berkali-kali melihat ke layar handphone berharap ada satu pesan singkat
darinya, aku juga lupa bagaimana rasanya tersenyum hingga tertawa hanya karena
membaca kata demi kata yang tertulis dalam pesan singkat dari orang yang dicintai,
dan aku juga lupa bagaimana menyenangkannya menghabiskan waktu berdua hingga
lupa caranya berpisan bersama dia, orang yang dicintai.
Tapi semenjak itu, semenjak dia
memaksa masuk dalam kehidupanku, semua rasa itu seakan kembali diingatkan. Dia seperti
hujan yang menyejukan kemarau yang panjang, memberi kelegaan pada dahaga yang
kehausan, memberi cahaya pada rasa pekat yang tak kunjung usai. Dia seperti
datang untuk menyembuhkan segalanya. boleh aku bertanya satu hal Tuhan? Diakah jawaban
itu?
Aku tidak ingin larut pada cinta
yang suatu saat bisa menikamku dan menjatuhkanku pada jurang yang paling dalam
sekali lagi. Aku berkali-kali menghindar, tapi dia semakin dekat. Seberapa kalipun
aku mengelak, berkali-kali sebuah pertanyaan hadir atas perasaan yang semakin membuncah
ditengah kehadirannya, apakah ini cinta? Padahal jauh didalam lubuk hatiku, aku
tau jawabannya adalah iya.
Siap jatuh cinta, berarti harus
siap sakit hati. Siap untuk kemungkinan terburuk apapun. Tapi sebeneranya,
bukankah cinta itu sesungguhnya tidak pernah menyakiti?
Komentar
Posting Komentar