:)


Halo mas gendut. Pasti kamu lagi sibuk sekarang, iya aku tau kok. Kamu punya dunia baru sekarang. Sebelumnya maaf, lagi-lagi aku menulis tentangmu. Entah ini untuk yang keberapa kalinya, tapi lagi-lagi aku katakan aku tak pernah bosan menuliskan hal ini. Serasa baru kemarin kita bisa saling menyapa seperti dulu. Tapi sekarang, kita kembali lagi pada masa dimana kita seperti tak pernah saling mengenal.

Lewat kata yang mungkin tak kau baca, aku ingin menceritakan banyak hal. Aku tau, kau tak kan lagi mau mendengar ceritaku seperti dulu. Sudah ada dia yang berbagi ceritanya denganmu. Maka dari itu, aku mengibaratkan tulisan ini seperti kamu. Agar aku masih bisa merasa bahwa kamu ada dihadapanku, siap mendengarkan ceritaku. Seperti dulu.

Aku sudah lolos ke perguruan tinggi negeri, tinggal satu langkah lagi aku bisa menjadi maba di universitas itu, tapi sayang bukan jurusan sastra indonesia ataupun psikologi seperti yang dulu sering ku ceritakan. Bisakah kau berikan aku semangat dan keyakinan? Aku takut. Aku takut untuk banyak hal yang mungkin saja tak bisa ku hadapi sendirian. Ah maafkan aku, maafkan aku terlalu bergantung padamu. Tak seharusnya aku seperti ini. Jangan hiraukan perkataanku. Biarkan aku bergelut dengan resah gelisahku.

Bagaimana kegiatanmu? Ku dengar kamu magang sekarang? Pasti kamu semakin lelah dengan semua itu. Tapi aku tau, kamu pasti tak kan patah semangat. Orang seperti kamu tak kan mudah mengeluh. Semoga kau tak lupa dengan jam makanmu, semoga kau tak lupa dengan waktu istirahatmu, semoga kau tak lupa untuk menjaga kesehatanmu. Aku ingin sekali, ingin sekali mengatakan hal itu kepadamu setiap pagi ketika kau membuka mata, setiap siang ketika matahari mulai menyengat dan kau sibuk dengan perkerjaanmu, setiap senja ketika kau pulang, dan setiap malam ketika kau hendak merebahkan tubuh dan memenjamkan mata untuk menanti hari esok. Tapi ku rasa, sudah ada dia yang melakukan hal itu kepadamu. Sudah cukupkan? Aku akan berdosa jika melakukan hal itu, bukan hakku meskipun aku ingin sekali melakukan itu.

Tapi.. jika rindu ini terus begelayut dalam diriku untukmu, apakah aku salah? Sungguh aku tak pernah meminta hal ini terjadi. Jangan memaksaku untuk tak mengingatmu! Aku belum bisa melakukannya. Mengertilah, perasaanku tak terhapuskan.

Hei, ku dengar juga katanya kamu sakit? Benarkah? Cepat sembuh ya. Hanya sepenggal doa yang bisa ku kirim untukmu disana. Semoga cukup untuk sekedar menghangatkanmu. Semoga segera menggugah Tuhan untuk menyembuhkanmu. Iya, lewat doa melalui lantunan udara, aku menyentuhmu. Seandainya aku bisa di sampingmu saat ini. Aku akan melakukan apapun yang ku bisa. Mendengarmu sakit begini aku seperti ingin menggerakan kakiku ke sana melihat keadaanmu. Tapi, untuk sekedar sms atau menelponmu pun aku tak berani. Hanya doa yang bisa ku berikan padamu. Ah, harusnya aku tak perlu sekhawatir ini, sudah ada dia yang menjagamu bukan? Dia juga wanita yang menyayangimu, sama seperti aku. Bedanya, dia masa sekarangmu dan aku masa lalumu.

Aku teringat masa-masa waktu kita bersama dulu. Saat kamu sakit, kamu menghubungiku dan berucap manja agar aku mau menemanimu. Aku tergesa melajukan motor untuk segera sampai di tempatmu. Badanmu panas, wajahmu pucat, lalu kamu tidur di pangkuanku, kamu terlelap, aku mengusap wajah dan rambutmu, wajahmu terlihat lelah. Mana tega aku membiarkan orang yang ku cintai seperti itu. Kalau aku bisa melakukan itu sekarang, mungkin aku akan melakukannya, lalu aku akan memarahimu karena tidak bisa menjaga dirimu baik-baik di sana. Jangan di hiraukan, ini mungkin semacam imajinasiku. Tapi sungguh, aku sangat merindukan itu semua bahkan mungkin berharap semua akan kembali seperti dulu.

Hei kekasih mantan kekasihku, jaga mas gendutku ini ya. Dia orang baik dan ku tau kau juga orang baik. Jangan cemburu, aku hanya masa lalunya. Bahagiakan dia ya, lebih dari dulu aku membahagiakannya. Sampaikan salamku padanya, semoga dia cepat sembuh J

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Singkat Kata, dari yang Merindukanmu

Sebuah Jawaban

Suatu Hari di 2020