Merelakan
“ri jadi nonton gak sih? Udah siang nih, gue bete di rumah
terus” ucap Sandra kepada ari di ujung sana.
“iya san jadi, sama anak-anak juga ya, ini gue lagi ngumpul
di rumah tyo nungguin yang lain. Kita langsung ketemu di bioskop aja. Oke” ucap
ari mencoba menenangkan sahabatnya yang sepertinya sudah gelisah karena
menunggu.
Dengan wajah kesal Sandra mengendarai motornya menuju
bioskop. Dalam perjalanan, muka muramnya berubah, dia tersenyum pada
sekelilingnya. Entah apa yang dirasakannya, tapi baginya di saat terpuruk atau
hatinya sedang bersedih, dia lebih suka sendirian. Walaupun kadang dia juga
butuh teman-temannya untuk sekedar membuatnya tertawa. Baginya, bercerita apa
yang di rasakannya pada siapapun akan percuma. Mereka hanya mencoba mengerti tapi
tidak pernah benar-benar mengerti. Bagi Sandra, tidak ada yang bisa mengerti
dia selain dirinya sendiri. Dia lebih suka tempat yang sepi, tenang, tanpa
hingar bingar dunia, tanpa keramaian, menurutnya semua itu menenangkan.Dia juga
lebih suka berjalan sendirian dengan motor kesayangannya ketika dia sedih.
Sesampainya di bioskop, dia melihat ari dan teman-temannya
yang lain. Sandra berjalan menghampiri mereka, dan apa yang dia lihat. Di
sebelah ari ada sosok yang begitu ia kenal, sesosok laki-laki yang selama ini
begitu ia cintai dalam diamnya, Evan. Sandra tidak tau apakah dia harus sedih
atau bahagia ketika melihatnya, tapi yang jelas ada perasaan yang menyayat
hatinya ketika melihat laki-laki itu, luka.
“hey san” ucap ari
“hey ri. Hey juga semua” sapa Sandra kepada ari dan juga
teman-temannya. Dan laki-laki itu, dia tersenyum menatap Sandra. Lagi dan lagi
Sandra tidak mengerti, apakah dia harus sedih atau bahagia. “udah pada pesen
tiket?”
“belum san, gue nunguin elo, tadinya sih gue pengen nyuruh
elo aja yang ngantri tiket. Hehe” ali, salah satu sahabat Sandra memang selalu
seperti itu. Ngomong asal jeplak, dan gak mau di repotin sama sekali tapi
sering banget ngerepotin orang.
“ah elo, ya udah deh gue yang pesen tiket. Kalian tunggu di
sini” Sandra mulai berjalan menuju tempat tiket “tunggu san, gue ikut” suara
ari membuat Sandra menghentikan langkahnya. “okey, yuk”
“muke lo kenape kusut begitu? Gara-gara gue ngajak evan?” ucap ari membuyarkan lamunan Sandra yang mengantri tiket di depannya. Ari mengerti
ada yang mengganjal di wajah Sandra ketika mulai memasuki bioskop tadi apalagi
setelah melihat evan.
“engga kok ri. Santai aja kali” Sandra sedikit senyum kepada
ari, terlihat seperti terpaksa
“sorry san, gue piker lo bakal seneng kalo gue ngajak evan”
“gue bahkan gak
ngerti harus seneng atau sedih ada Evan di sini, tapi yang jelas hati gue masih
sakit ri”
“sorry san, gue
bener-bener ga ada maksud kaya gitu”
“iya ri gak papa. Tadi lo bawa motor? Kalo gak pulang bareng
gue aja. Gue mau cerita sama lo”
“oke”
Film komedi yang di putar tak cukup membuatnya tertawa.
Sandra hanya bisa mengeluarkan senyum paksanya. Pikirannya tak karuan, hatinya
terlalu sakit. Betapa sulitnya dia menyembunyikan semua perasaannya, menyimpan
segala luka hatinya. Dia memang suka memendam, tak peduli itu akan lebih
menyakiti hatinya atau tidak. Baginya, memendam lebih baik dari pada
mengutarakan tapi tidak ada yang mau mengerti. Selama ini, dia sangat mencintai
evan. Mereka sangat dekat, evan memberi apa yang dia butuhkan, hingga Sandra
percaya, bahwa evan memang penyembuh luka di hatinya yang sebelumnya ia pikir
tidak akan pernah sembuh.
Evan bersikap
seolah-olah dia juga mempunyai perasaan yang sama terhadap Sandra. Tapi kenyataan
yang harus di hadapi Sandra adalah mengetahui bahwa ternyata evan tidak
mencintainya seperti apa yang dia duga sebelumnya. Di balik kedekatannya dengan
Sandra, evan sedang sibuk mengejar wanita lain. Wanita yang mungkin sangat di
cintainya. Semua impian dan harapannya tentang evan harus hancur lebur. Dan baginya
ini lebih menyakitkan dari pada di khianati oleh mantan kekasihnya. Semua hal
yang dia pikirkan bahwa evan adalah penyembuh semua lukanya sekarang justru
menjadi suatu yang lebih menyakitkan hatinya. Sandra berpikir kerasa, apakah
dia yang selama ini salah mengartikan segalanya, apakah dia yang selama ini
menggantungkan harapan terlalu tinggi pada evan. Lalu apa artinya kedekatannya
selama ini? Apa artinya perhatian-perhatian kecil yang di berikan evan
kepadanya? Apa artinya percakapan sederhana namun menghangatkan yang selama ini
terjalin setiap malam melalui BBM? Sandra merasa hatinya rapuh, untuk yang
kedua kalinya. Lagi-lagi, laki-laki yang dia percayai akan memberikan kebahagiaan
kepadanya dan sempat mengembalikan senyumnya, harus menghancurkan perasaannya
lagi.
Bagaimana mungkin, Sandra sibuk memperjuankan evan, sementara
evan memperjuangkan yang lain. Bagaimana mungkin dia bertahan untuk evan
sementara evan mempertahankan yang lain. Dan memang menyakitkan, ketika kita
mencintai seseorang tapi orang itu memilih orang lain. Bagi Sandra, mencintai evan
memang sulit. Sesulit saat Sandra harus menunggu evan membuka hati lalu
menolehnya. Dan pada akhirnya, penantiannya memang berujung dengan luka. Sandra
mencoba menerima, karena dia menyadari, bahwa cinta bukan hanya soal perasaan,
tapi juga pengorbanan dan merelakan.
bersambung . . .
Komentar
Posting Komentar