Untuk.. (Haruskah Ku Sebut Namamu)
Entah harus memulai dari mana, yang jelas aku hanya ingin mengutarakan maksud perasaanku disini. Untuk kamu, manusia sederhana yang bisa membuatku seperti ini. Entah harus ku sebut apa perasaan ini, tapi sungguh melihatmu kadang membuatku tersenyum, kadang membuatku menangis tak terisak, kadang membuat mataku sayu tertegun. Ya, hanya dengan memperhatikanmu dari jauh, dari jauh!
Mungkin aku terlalu pengecut. Bahkan untuk mengajakmu berbicarapun aku tak berani. kata-kata sederhanamu dalam dunia maya mengantarkanku pada dercak kagum yang tak dapat kudefinisikan. Ini lebih lebih dari sekedar kagum! Entah, mungkin suka? Cinta? Sayang? Atau apapun itu. Dan semuanya menjadi semakin dalam, ketika pesan singkatmu menjadi deret utama daftar inboxku. Kata demi kata yang kau tulis dalam pesanmu, entah mengapa selalu bisa membuatku tersenyum bahkan tertawa tak terbahak. Mungkin ini yang namanya jatuh cinta.
Tapi, aku telah kehilangan semua itu. Perhatian-perhatian sederhanamu sudah tak lagi ku dapat. Pesanmu yang setiap hari menjadi deret utama inboxku pun sudah jarang terlihat. Kita memang sudah semakin jauh. Aku sudah tak bisa lagi mengetahui kegiatanmu, aku sudah tak bisa tau setiap rutinitas yang kamu lakukan, aku juga sudah tak bisa tertawa seperti saat pesanmu masuk dalam handphoneku. Aku takkan menanyakan kemana kau pergi. Aku juga takkan menanyakan mengapa kau berubah. Mungkin, ini akibat dari apa yang sudah menjadi keputusanku. Salah, iya ini salahku! Keputusan yang salah! Membiarkannya masuk kembali dan membiarkanmu melangkah pergi. Jika ku ceritakan salahku itu, aku akan kembali pada penyesalan yang tak kunjung ku lupakan. Setiap tetes air mata yang jatuh tidak akan bisa mengembalikan keadaan seperti semula. Mengertilah, aku juga terluka atas keputusan yang ku buat sendiri.
Kata maaf mungkin bisa sedikit memulihkan, tapi tidak untuk menyembuhkan luka. Aku mengerti jika kau akan seperti ini. Hakmu, karena aku memang bukan siapa-siapamu dan kita memang bukan apa-apa. Ya, tidak ada ikatan, tapi entah kenapa, aku merasakan ada sesuatu yang sulit ku nalar sendiri. aku dan kamu memang tak pernah menjadi KITA, tapi aku merasa aku dan kamu punya hubungan dekat yang sulit untuk kudefinisikan.
Sekarang segalanya memang telah berbeda. Jika dulu aku merasa bahwa kamu memperlakukanku dengan istimewa, sekarang aku seperti bukan apa-apa bahkan seperti tak pernah mengenalmu. Entah, mungkin aku yang salah mengartikan setiap perhatian yang kamu beri. Jika dulu pesanmu selalu membuncah dan menyapaku, kini tak ada lagi semua itu. Aku merasa sesak atas semua kehilangan ini. Harusnya aku mempersiapkan diri dari awal, bahwa perpisahan memang bisa hadir kapan saja diantara kita yang memang bukan apa-apa.
Duniaku memang tak banyak berubah, aku masih berada di tempat yang sama dan menghirup udara yang sama, tapi yang kurasakan berbeda. Apakah kamu sudah menemukan orang yang benar-benar kamu cintai? Yang lebih pantas kamu perjuangkan? Kalau begitu selamat. Mungkin ini adalah akhir dari perjuanganku untuk mengembalikan semuanya, mungkin aku harus merobohkan benteng pertahanan yang selama ini ku buat. Sepertinya, tangan Tuhan memang tidak pernah mentakdirkan kamu untukku. Terima kasih untuk setiap senyum dan tawa yang pernah kamu sebabkan. Terima kasih karena sempat menemani setiap rutinasku, dulu. Terima kasih, bahwa mengenalmu juga membuatku belajar banyak hal. Dan terima kasih untuk rasa sakit ini yang akhirnya membuatku sadar, bahwa menyesal memang selalu menjadi akhir dari keputusan yang tidak pikirkan dengan baik.
Kamu bukan orang jahat. Kamu tidak melakukan banyak hal untuk menyakitiku. Tapi entah mengapa, setiap yang kamu lakukan seperti membuat hatiku teriris. Tapi aku tetap berterima kasih, karena dengan rasa sakit seperti ini, aku jadi lebih sering menulis. Terima kasih dan semoga kamu menemukan bahagiamu :')
Mungkin aku terlalu pengecut. Bahkan untuk mengajakmu berbicarapun aku tak berani. kata-kata sederhanamu dalam dunia maya mengantarkanku pada dercak kagum yang tak dapat kudefinisikan. Ini lebih lebih dari sekedar kagum! Entah, mungkin suka? Cinta? Sayang? Atau apapun itu. Dan semuanya menjadi semakin dalam, ketika pesan singkatmu menjadi deret utama daftar inboxku. Kata demi kata yang kau tulis dalam pesanmu, entah mengapa selalu bisa membuatku tersenyum bahkan tertawa tak terbahak. Mungkin ini yang namanya jatuh cinta.
Tapi, aku telah kehilangan semua itu. Perhatian-perhatian sederhanamu sudah tak lagi ku dapat. Pesanmu yang setiap hari menjadi deret utama inboxku pun sudah jarang terlihat. Kita memang sudah semakin jauh. Aku sudah tak bisa lagi mengetahui kegiatanmu, aku sudah tak bisa tau setiap rutinitas yang kamu lakukan, aku juga sudah tak bisa tertawa seperti saat pesanmu masuk dalam handphoneku. Aku takkan menanyakan kemana kau pergi. Aku juga takkan menanyakan mengapa kau berubah. Mungkin, ini akibat dari apa yang sudah menjadi keputusanku. Salah, iya ini salahku! Keputusan yang salah! Membiarkannya masuk kembali dan membiarkanmu melangkah pergi. Jika ku ceritakan salahku itu, aku akan kembali pada penyesalan yang tak kunjung ku lupakan. Setiap tetes air mata yang jatuh tidak akan bisa mengembalikan keadaan seperti semula. Mengertilah, aku juga terluka atas keputusan yang ku buat sendiri.
Kata maaf mungkin bisa sedikit memulihkan, tapi tidak untuk menyembuhkan luka. Aku mengerti jika kau akan seperti ini. Hakmu, karena aku memang bukan siapa-siapamu dan kita memang bukan apa-apa. Ya, tidak ada ikatan, tapi entah kenapa, aku merasakan ada sesuatu yang sulit ku nalar sendiri. aku dan kamu memang tak pernah menjadi KITA, tapi aku merasa aku dan kamu punya hubungan dekat yang sulit untuk kudefinisikan.
Sekarang segalanya memang telah berbeda. Jika dulu aku merasa bahwa kamu memperlakukanku dengan istimewa, sekarang aku seperti bukan apa-apa bahkan seperti tak pernah mengenalmu. Entah, mungkin aku yang salah mengartikan setiap perhatian yang kamu beri. Jika dulu pesanmu selalu membuncah dan menyapaku, kini tak ada lagi semua itu. Aku merasa sesak atas semua kehilangan ini. Harusnya aku mempersiapkan diri dari awal, bahwa perpisahan memang bisa hadir kapan saja diantara kita yang memang bukan apa-apa.
Duniaku memang tak banyak berubah, aku masih berada di tempat yang sama dan menghirup udara yang sama, tapi yang kurasakan berbeda. Apakah kamu sudah menemukan orang yang benar-benar kamu cintai? Yang lebih pantas kamu perjuangkan? Kalau begitu selamat. Mungkin ini adalah akhir dari perjuanganku untuk mengembalikan semuanya, mungkin aku harus merobohkan benteng pertahanan yang selama ini ku buat. Sepertinya, tangan Tuhan memang tidak pernah mentakdirkan kamu untukku. Terima kasih untuk setiap senyum dan tawa yang pernah kamu sebabkan. Terima kasih karena sempat menemani setiap rutinasku, dulu. Terima kasih, bahwa mengenalmu juga membuatku belajar banyak hal. Dan terima kasih untuk rasa sakit ini yang akhirnya membuatku sadar, bahwa menyesal memang selalu menjadi akhir dari keputusan yang tidak pikirkan dengan baik.
Kamu bukan orang jahat. Kamu tidak melakukan banyak hal untuk menyakitiku. Tapi entah mengapa, setiap yang kamu lakukan seperti membuat hatiku teriris. Tapi aku tetap berterima kasih, karena dengan rasa sakit seperti ini, aku jadi lebih sering menulis. Terima kasih dan semoga kamu menemukan bahagiamu :')
Komentar
Posting Komentar