Segalanya yang Kusebut Kenangan
Satu tahun telah berlalu, pertemuan sederhana yang belum bisa ku lupa sampai detik ini bahkan mungkin takkan ku lupa. Saat tanganmu mulai menyelipkan jemarinya di jemariku, saat perasaan penuh cinta ada di antara kita. Saat tatapan satu sama lain mampu mengisyaratkan perasaan yang tak bisa di ungkapkan naluri. Ada kamu, aku, lalu kita.
Ketika takdir mempertemukan lalu cinta menyatukan. Ketika kata kita masih selalu terbanggakan. Ketika aku bertahan dan kamu memperjuangkan, atau bahkan sebaliknya. Ketika jantung kita masih berdenyutkan alunan yang sama. Ketika kita masih saling menguatkan. Ketika pelukan masih terasa nyaman, dan ketika tangis, tawa dan segalanya ada diantara kita. Ingatkah kamu semua itu?
Ku rasa, matamu tidak akan tertutup untuk segalanya yang pernah terjadi. Ingatanmu tidak akan pernah luntur untuk sesuatu yang bernama kenangan. Mungkin yang berbeda adalah rasa. Dimana waktu telah menjalankan perannya. Waktu mungkin menghapuskan semua rasa yang pernah ku ukir di hatimu. Tempat dimana aku pernah ada disana. Ku tau, segalanya memang berubah. Itu sebabnya, waktu selalu menakutkan bagiku, apalagi ketika sekarang aku tau bahwa aku tak lagi di hatimu seperti sebelumnya, satu tahun lalu, ketika aku dan kamu tak berjalan sendirian.
Tahun sudah berganti. Masapun sudah berubah. Begitu juga dengan kamu dan aku. Segalanya berbeda, memang berbeda. Bahkan mungkin kamu lupa hari ini, hari yang belum bisa ku lupa, bahwa hari ini, tepat satu tahun semenjak aku dan kamu berubah menjadi kita. Sayang, semua tak seperti yang kita rencanakan dan aku harapkan. Ketika kamu bilang bahwa kamu akan bertahan untukku, ketika kamu bilang bahwa kamu ingin aku menjadi kuatmu, ketika kamu bilang bahwa kamu ingin selalu memelukku. Namun nyatanya, kita memang tak bisa bertahan. Segalanya, mimpi-mimpi, harapan, rencana, dan segala sesuatu yang dulu sering kita bicarakan tentang masa depan, harus lebih dulu rapuh sebelum sempat terwujudkan.
Aku tak berharap apapun, aku hanya ingin mengenang segalanya. Masa-masa indah ketika tawamu masih sering kulihat. Ketika nyanyian sendu kau lantunkan di telingaku. Bukankah indah semua itu? Mungkin hanya bagiku, tidak bagimu.
Saat sesuatu yang bernama kenangan masih saja terlihat di langit-langit kamar ketika aku merebahkan tubuh dari rasa lelah. Bukankah seharusnya aku nyaman? Tapi aku justru ketakutan. Bisa kau bayangkan bagaimana rasanya mengingat kenangan yang terlalu menyakitkan untuk di ingat? aku tau jawabannya, dan semoga dugaanku benar. Kamu takkan pernah tau. Itu sebabnya aku takut, aku masih saja ketakutan melawan segala hal yang bernama kenangan. Terlebih saat kutau, bahwa sekarang aku harus melawan dunia tanpamu. Ketika tubuhku menggigil, aku harus sendirian. Seperti ini, sunyi.. Tanpamu.
Ketika takdir mempertemukan lalu cinta menyatukan. Ketika kata kita masih selalu terbanggakan. Ketika aku bertahan dan kamu memperjuangkan, atau bahkan sebaliknya. Ketika jantung kita masih berdenyutkan alunan yang sama. Ketika kita masih saling menguatkan. Ketika pelukan masih terasa nyaman, dan ketika tangis, tawa dan segalanya ada diantara kita. Ingatkah kamu semua itu?
Ku rasa, matamu tidak akan tertutup untuk segalanya yang pernah terjadi. Ingatanmu tidak akan pernah luntur untuk sesuatu yang bernama kenangan. Mungkin yang berbeda adalah rasa. Dimana waktu telah menjalankan perannya. Waktu mungkin menghapuskan semua rasa yang pernah ku ukir di hatimu. Tempat dimana aku pernah ada disana. Ku tau, segalanya memang berubah. Itu sebabnya, waktu selalu menakutkan bagiku, apalagi ketika sekarang aku tau bahwa aku tak lagi di hatimu seperti sebelumnya, satu tahun lalu, ketika aku dan kamu tak berjalan sendirian.
Tahun sudah berganti. Masapun sudah berubah. Begitu juga dengan kamu dan aku. Segalanya berbeda, memang berbeda. Bahkan mungkin kamu lupa hari ini, hari yang belum bisa ku lupa, bahwa hari ini, tepat satu tahun semenjak aku dan kamu berubah menjadi kita. Sayang, semua tak seperti yang kita rencanakan dan aku harapkan. Ketika kamu bilang bahwa kamu akan bertahan untukku, ketika kamu bilang bahwa kamu ingin aku menjadi kuatmu, ketika kamu bilang bahwa kamu ingin selalu memelukku. Namun nyatanya, kita memang tak bisa bertahan. Segalanya, mimpi-mimpi, harapan, rencana, dan segala sesuatu yang dulu sering kita bicarakan tentang masa depan, harus lebih dulu rapuh sebelum sempat terwujudkan.
Aku tak berharap apapun, aku hanya ingin mengenang segalanya. Masa-masa indah ketika tawamu masih sering kulihat. Ketika nyanyian sendu kau lantunkan di telingaku. Bukankah indah semua itu? Mungkin hanya bagiku, tidak bagimu.
Saat sesuatu yang bernama kenangan masih saja terlihat di langit-langit kamar ketika aku merebahkan tubuh dari rasa lelah. Bukankah seharusnya aku nyaman? Tapi aku justru ketakutan. Bisa kau bayangkan bagaimana rasanya mengingat kenangan yang terlalu menyakitkan untuk di ingat? aku tau jawabannya, dan semoga dugaanku benar. Kamu takkan pernah tau. Itu sebabnya aku takut, aku masih saja ketakutan melawan segala hal yang bernama kenangan. Terlebih saat kutau, bahwa sekarang aku harus melawan dunia tanpamu. Ketika tubuhku menggigil, aku harus sendirian. Seperti ini, sunyi.. Tanpamu.
Komentar
Posting Komentar