Bogosiphosseo, Aku Merindukanmu

30 menit sebelum belajar bahasa indonesia :D

Beberapa minggu berlalu tanpa kabarmu. Bagaimana keadaanmu? Sungguh aku merindukanmu. Tak ada yang dapat menghapus kamu dari pikiranku, semua tentangmu masih utuh dan melekat dalam setiap ruang kosong di hatiku. Aku harus bagaimana sekarang? Bahkan aku tidak mengerti apa yang terjadi dalam diriku saat ini. Dadaku sesak tanpa kutau apa penyebabnya, kalau semua ini karena sebabmu? Mengapa? Kamu bukan siapa-siapaku. Dan bila kini kamu menghindar itu hakmu, dan aku tak perlu menyalahkanmu. Inikah rasanya patah hati yang paling mematahkan relung hati. Aku pernah di sakiti, aku pernah di tinggal pergi, tapi tidak sesakit ini.

Aku melihat kehidupan dari berbagai sisi. Inilah dunia, bagian dari kehidupan. Ada yang datang, ada yang pergi. Seperti kamu di hidupku, datang kemudian pergi. Sesaat, tak lama. Hanya singgah, dan kemudian menyimpan banyak memori yang selalu saja saling berebut untuk selalu teringat. Dan yang lebih menyakitkan, aku belum sempat untuk menggenggam tanganmu. Beribu perasaan ada di sini namun tak sempat terungkapkan. Kadang aku tidak mengerti jalannya takdir. Takdir menjalankan perannya untuk mendekatkan aku kepadamu, menciptakan perasaan seindah ini, dan sekarang takdir menjalankan perannya lagi, menjauhkan kamu dariku dan menciptakan perasaan sesakit ini.

Tapi, rencana tuhan selalu indah pada waktunya. Tuhan memberi kita pelajaran-pelajaran hidup melalui rasa sakit, melalui luka, melalui kehilangan, melalui derai air mata, melalu orang-orang yang datang di hidup kita, entah untuk singgah, atau untuk selamanya. tetapi, bukankan di dunia ini tidak ada yang abadi, tidak ada yang selamanya. Dari semua itu, tuhan mengajarkan kita untuk mengerti tiga hal.. ikhlas, sabar, dan dewasa.

Oke, kembali ke topik utama. Kamu.
Hari ini di sela-sela soal ulangan yang telah ku selesaikan. Duduk di tempat sesejuk ini di waktu istirahat yang seharusnya ku manfaatkan untuk mempelajari materi untuk ulangan selanjutnya malah ku pergunakan untuk memikirkanmu. Aigoo, aku tidak seharusnya seperti ini. Babo-ya! Lupakan itu semua. Aku menutup mataku menundukan kepala. Dan perlahan aku kembali membuka mata, mendongakan kepala, kembali menatap buku yang harus ku pelajari kembali, tapi yang ku lakukan adalah, memperhatikannya lagi. Dia tertawa di sana, berbanding lurus dari tempatku duduk. Aish.. Tuhan, kalau seperti ini bagaimana bisa pikiranku bisa memikirkan hal lain selain dia. rasanya seperti ingin mengambil otakku dan kemudian mencucinya.

Sudah lama inboxku tidak di penuhi oleh namanya, log panggilan masuk di handphoneku pun sudah tidak ada lagi namanya. Sebenarnya apa yang terjadi? Kamu kemana? Bogosiphosseo, aku merindukanmu ...

Dalam anganku, dia adalah seseorang yang akan menggenggam tanganku kelak, dengan erat, dengan kasih. Dia yang akan menatapku dengan penuh kedamaian, tatapan penuh cinta yang menyejukan. Sekarang, kemana perginya semua harapan itu? Padahal dalam bayanganku dialah orang yang terbaik. Kenapa? Kenapa? Kenapa harus lebih dulu berakhir sebelum sempat terwujudkan secuil pun? Mungkin kali ini takdir tak lagi berpihak kepadaku. Aku berkata dia yang terbaik dan takdir berkata tidak. Atau aku yang tidak pantas untuknya? Aigoo!! Untuk apa aku bertanya seperti ini padahal aku tau, aku takkan menemukan jawabannya.

Lagi dan lagi, Tuhan sedang mengujiku. Terima kasih masih menyayangiku sampai detik ini tuhan. Ajari aku untuk lebih ikhlas, Tuhan. Aku tau, jika harapanku tidak seseuai dengan kenyataan yang ada, kau sedang merencanakan takdir yang lebih baik untukku.


@elyacitra 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Singkat Kata, dari yang Merindukanmu

Sebuah Jawaban

Suatu Hari di 2020