Bukan Salahmu

"Dan untuk kali ini saja, biarkan aku menjadi munafik, yang berkata bahwa aku baik-baik saja, padahal aku tidak baik-baik saja. Biarkan aku berucap aku turut berbahagia padahal aku menangis"

Bukan salahmu memang jika kali ini aku terluka. Aku yang mencintaimu, bukan kamu yg mencintaiku. Salahku membiarkan rasa ini terlarut begitu dalam. Salah ku mengagumimu lebih dari seharusnya. Salahku juga karena telah mencintaimu diam-diam. Memperhatikanmu dari jauh. Dan sungguh, aku tidak menyesal telah melakukan itu. Karena bagiku, membiarkan rasa ini ada adalah kebahagiaan tersendiri. hal itu pernah membuatku tertawa, membuatku merasa ada debaran jantung yang tak biasa, membuatku merasakan gelinya kupu-kupu yg menari dalam perut. Walau ada luka yang menggores, tapi sekali lagi ku jelaskan, ini bukan salahmu.

Sebenarnya, ada rasa tak biasa yang selama ini ku pendam diam-diam, untukmu. Dan kamu, hanya menganggap aku hanya sekedar teman, sementara harapanku lebih dari itu. Kita pernah tertawa bersama, bertukar senyuman, bertukar cerita dan berbagi, tapi dalam satu kata "teman" tidak lebih..

Ketika bersama, aku merasa ada rasa yang berbeda, sementara kamu tidak. Aku merasakan bahagia yang tidak biasa sementara kamu sangat biasa. Jantung kita sama-sama berdenyut namun tak berdenyutkan alunan yang sama. jantungku berdegub lebih cepat sementara kamu tidak.

Sempat terpikir untuk berbicara berdua dan mengungkapkan apa yang harus ku ungkapkan. Namun, aku tidak cukup berani untuk hal itu. Aku wanita, bagiku tidak etis jika aku harus mengungkapkan "aku cinta kamu" terlebih dahulu. Kamu tau kan aku pemalu? Mungkin itu juga sebabnya. Lalu, bagaimana jika jawabanmu "aku tidak mencintaimu seperti kamu mencintaiku". Ah, mungkin aku berpikir terlalu jauh untuk hal itu. Aku terlambat melakukan semua itu. Karena kini, kamu telah bersama wanitamu :)

Sekarang, tak ada lagi yang bisa ku lakukan selain berdoa untuk bahagiamu. Aku tersenyum untuk segala jalan dan pilihan yang telah kamu ambil. Itu hakmu untuk mencintai siapapun, itu keputusanmu untuk memilih wanita itu untuk kamu cintai. Aku hanya bisa berkata aku baik-baik saja dan turut berbahagia untukmu padahal sebenarnya hatiku menangis. Aku tidak peduli mereka bilang aku munafik, yang penting aku tidak meneteskan air mata ketika aku melihat kamu bersama dia.

Mungkin, takdir tidak ingin mempersatukan kita sebagai kekasih Tuhan. Memang sempat terpikir mengapa bukan aku wanita yang kamu cintai? Mengapa bukan aku wanita yang bisa menggenggam tanganmu? Mengapa bukan aku wanita yang dapat kamu belai lembut? Mengapa bukan aku yang dapat bersandar dibahumu? Mengapa bukan aku wanita yang dapat merajuk kepadamu? Yaa, beberapa pertanyaan yang sulit untuk ku cari jawabannya dan mungkin takkan ku temukan jawabannya.

Berbahagialah dengan dia, doaku menyertaimu :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Singkat Kata, dari yang Merindukanmu

Sebuah Jawaban

Suatu Hari di 2020